Sunday, January 4, 2015

Ragam Bahasa Keilmuan



Ragam Bahasa Keilmuan

Penggunaan ragam bahasa ilmiah

     Di dalam penggunaan bahasa dalam bidang ilmu pengetahuan mempunyai sifat pemakaian yang sangat khas, yang spesifik, sehingga dapat di bilang bahwa bahasa dalam bidang ilmu pengetahuan mempunyai ragam bahasa tersendiri yang bisa dikatakan berbeda dengan ragam-ragam bahasa yang lain. Sifat-sifat tersebut ada yang umum sebagai bahasa ilmiah di keilmuan, dan ada yang bersifat khusus berhubungan dengan pemakaian kosakata, istilah, serta bentuk-bentuk gramatika.


   Keilmuan sifat bahasa ragam ilmiah yang bersifat umum berhubungan dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk menyampaikan informasi ilmiah pada peristiwa komunikasi yang terjadi antara penulis dan pembaca. Informasi yang disampaikan tentu dengan bahasa yang jelas, benar, efektif, sesuai, bebas dari sifat samar-samar, dan tidak bersifat ambigu. Hal ini penting sekali diperhatikan oleh penulis agar informasi ilmiah yang didapat dapat disampaikan dan dipahami secara jelas, objektif, dan logis, sehingga dapat tercapai kesamaan pemahaman, persepsi, dan pandangan terhadap konsep-konsep keilmuan yang dimaksud oleh penulis dan pembaca.

      Didalam Informasi dan konsep-konsep ilmiah yang dapat disampaikan ke dalam bentuk karya tulis ilmiah, misalkan, laporan penelitian (studi), makalah, skripsi, tesis, dan disertasi adalah bersifat formal. Oleh karena itu, ragam bahasa yang digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah ragam bahasa baku (standar).

   Bahasa dalam percakapan sehari-hari (colloquial) serta percakapan lisan tidak tepat apabila digunakan untuk menyampaikan informasi dan konsep-konsep yang berkadar ilmiah. Demikian pula bahasa ragam sastra (puisi, prosa, dan drama) disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menimbulkan berbagai efek emosional, imajinatif, estetik, dan artistic, yang dapat membangkitkan rasa haru baik bagi penulis maupun pembacanya. Bahasa keilmuan yang bersifat ilmiah tidak mempertimbangkan efek-efek perasaan yang timbul, seperti yang dipertimbangkan dalam bahasa ragam sastra (Oka, 1971: 14).

       Di dalam Sifat bahasa ragam ilmiah yang khusus/spesifik tampak pada pemilihan dan pemakaian kata serta bentuk-bentuk gramatika terutama dalam tataran sintaksis. Kata-kata yang digunakan dalam bahasa ilmiah bersifat denotative. Artinya, setiap kata hanya mempunyai satu makna yang paling sesuai dengan konsep keilmuan tersebut atau fakta yang disampaikan. Demikian pula kalimat-kalimat yang digunakan dalam bahasa ragam ilmiah bersifat logis. Hubungan antara bagian-bagian kalimat dalam kalimat tunggal atau hubungan antara klausa-klausa dalam kalimat majemuk (kompleks) mengikuti pola-pola bentuk hubungan logis.

     Gagasan ilmiah itu akan dapat dipahami orang lain (pembaca) dengan mudah dan tepat bila gagasan ilmiah tersebut diungkapkan dengan menggunakan bahasa Indonesia (BI) yang memenuhi syarat tertentu. BI yang dimaksud adalah BI yang lazim digunakan dalam dunia keilmuan atau disebut juga BI keilmuan. Mengingat komunikasi keilmuan yang utama dilakukan secara tertulis, pembahasan perihal BI keilmuan di sini hanya difokuskan pada penggunaan BI keilmuan tertulis. Bahkan BI keilmuan tertulis pun masih dibatasi lagi pada ranah penulisan artikel ilmiah untuk jurnal/berkala ilmiah.
      Karakteristik atau ciri BI keilmuan merujuk pada ciri-ciri ideal yang seharusnya melekat atau dapat ditemui pada naskah-naskah tulisan ilmiah. Karakteristik BI keilmuan disebut juga sebagai ciri-ciri ideal karena ciri-ciri itu dalam kenyataannya belum sepenuhnya terwujud dalam naskah tulisan ilmiah. Bila disoroti dari ciri-ciri BI keilmuan, selalu dapat ditemukan adanya kekurangan-kekurangan dalam setiap naskah artikel yang akan diterbitkan. Bahkan, sekalipun telah melalui tahap penyuntingan, dalam kenyataannya artikel dalam jurnal itu juga masih mengandung kesalahan atau kekurangan. Atas dasar realitas itu, yang terjadi saat ini adalah penulis sedang atau telah berusaha untuk memenuhi atau mewujudkan ciri-ciri BI keilmuan dalam proses menghasilkan tulisan ilmiahnya. Usaha itu perlu terus dilakukan secara sungguh-sungguh agar pada suatu saat nanti tulisan ilmiah yang dihasilkan para cendekiawan Indonesia mempunyai kualitas tinggi dan terus meningkat.
Setidaknya ada sepuluh ciri ideal BI keilmuan, yakni (1) bertolak dari gagasan, (2) menggunakan ragam tulis, (3) menggunakan ragam formal, (4) bersifat tegas dan objektif, (5) bersifat lugas, (6) menggunakan kalimat lengkap, (7) hemat dalam penggunaan kata dan kalimat, (8) menggunakan paragraf yang baik, (9) konsisten dalam penggunaan kaidah dan unsur-unsur bahasa, dan (10) terhindar dari kesalahaan ejaan dan tanda baca. Kesepuluh ciri ideal itu seharusnya menjadi pegangan setiap penulis dan sedapat mungkin mereka berusaha mewujudkannya dalam setiap penulisan karya ilmiah terutama yang berupa artikel untuk jurnal/berkala.

Pentingnya bahasa:
  1. sebagai alat komunikasi
  2. bahasa menunjukkan budaya
  3. bahasa menunjukkan keindahan

Kedudukan bahasa dapat dilihat pada
  1. Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia  (Ikrar Sumpah Pemuda 1928)
  2. …bahasa negara ialah bahasa Indonesia  (Undang-Undang Dasar 1945)

Ragam bahasa Indonesia terdiri dari
  1. daerah: logat, dialek (Jawa, Batak, Sunda, Bali, dll.)
  2. pendidikan formal > ragam baku:
    1. formal
    2. semiformal
    3. nonformal
Contoh ragam  berpendidikan dibanding dengan kurang berpendidikan
à    film > pilem
à    fitnah > pitnah
à    kompleks > komplek

  1. sikap penutur > langgam/gaya:
    1. dipengaruhi oleh umur, kedudukan, keakraban, permasalahan, tujuan
    2. suasana kaku, adab, dingin, hambar, hangat, akrab, santai
  2. sarana
    1. ragam lisan/ujaran
    2. ragam tulisan

Sejarah rgam baku berasal dari Bahasa Melayu tinggi awalnya banyak digunakan sebagai bahasa sekolah. Penggunaan bahasa Melayu tinggi menunjukkan gengsi dan kewibawaan. Bahasa ini sering dipakai oleh kaum berpendidikan yang kemudian menjadi pemuka berbagai bidang kehidupan.Dengan pengaruh di berbagai bidang kehidupan oleh kaum berpendidikan, bahasa Melayu tinggi akhirnya menjadi bahasa baku.
Proses pembakuan dilakukan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan dibantu oleh guru, pengembang ilmu di berbagai jenis lembaga pendidikan, pengasuh media massa, dan kalangan pembina umum. Hal ini dilakukan dalam jangka waktu yang lama.

Sejarah ejaan Bahasa Indonesia:
  1. Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947)
  2. Ejaan Republik/ Soewandi  (1947-1972)
  3. Ejaan Yang Disempurnakan (mulai 16-8-1972

Sejarah Kamus Bahasa Indonesia:
  1. Kamus Umum BI (Poerwadarminta, 1952,1982)
  2. Kamus Besar BI (PPPB, 1988,1991)
  3. berturut-turut mengalami perkembangan melalui Kongres Bahasa Indonesia hingga sekarang

Fungsi pembakuan:
1.      pemersatu
2.      pemberi kekhasan
3.      pembawa kewibawaan
4.      sebagai kerangka acuan
Fungsi pembakuan butir 1 hingga 3 merupakan fungsi simbolik. Sedangkan fungsi pembakuan butir 4 merupakan fungsi objektif.

Buku yang banyak memberikan pengaruh pandangan kebahasaan dikarang oleh
  1. Van Ophuijsen (1901)
  2. S.M. Zain (1942)
  3. Madong Loebis (1946)
  4. S.T. Alijahbana (1949)
  5. C.A. Mess (1951)
  6. Fokker  (1951)
  7. Podjawijatna dan Zoetmulder  (1955)
  8. Slametmuljana (1956, 1957)
  9. Gorys Keraf  (1970)
  10. Poerwadarminta  (1967)
  11. Samsuri  (1971, 1978)
  12. M. Ramlan  (1971,1980,1981)

Penggunaan bahasa Indonesia harus baik dan benar.
1.      bahasa benar > mengikuti kaidah yang dibakukan
Contoh:
Apakah Bang Becak bersedia mengantar saya ke Pasar Besar  dan berapa ongkosnya?
2.      bahasa baik > mengikuti pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa
Contoh:
Ke Pasar Besar, berapa?

Bahasa indonesia yang baik dan benar mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.

Refrensi : 
http://suyonoum08.wordpress.com/2009/02/04/ciri-ciri-bahasa-indonesia-keilmuan-dan-kiat-mewujudkannya-dalam-penulisan-artikel-ilmiah/

http://tugassekolahkit.blogspot.com/2013/09/ragam-bahasa-beserta-contohnya.html