Ragam
Bahasa Keilmuan
Penggunaan
ragam bahasa ilmiah
Di dalam
penggunaan bahasa dalam bidang ilmu pengetahuan mempunyai sifat pemakaian yang sangat
khas, yang spesifik, sehingga dapat di bilang bahwa bahasa dalam bidang ilmu
pengetahuan mempunyai ragam bahasa tersendiri yang bisa dikatakan berbeda
dengan ragam-ragam bahasa yang lain. Sifat-sifat tersebut ada yang umum sebagai
bahasa ilmiah di keilmuan, dan ada yang bersifat khusus berhubungan dengan
pemakaian kosakata, istilah, serta bentuk-bentuk gramatika.
Keilmuan
sifat bahasa ragam ilmiah yang bersifat umum berhubungan dengan fungsi bahasa
sebagai alat untuk menyampaikan informasi ilmiah pada peristiwa komunikasi yang
terjadi antara penulis dan pembaca. Informasi yang disampaikan tentu dengan
bahasa yang jelas, benar, efektif, sesuai, bebas dari sifat samar-samar, dan
tidak bersifat ambigu. Hal ini penting sekali diperhatikan oleh penulis agar
informasi ilmiah yang didapat dapat disampaikan dan dipahami secara jelas,
objektif, dan logis, sehingga dapat tercapai kesamaan pemahaman, persepsi, dan
pandangan terhadap konsep-konsep keilmuan yang dimaksud oleh penulis dan pembaca.
Didalam Informasi
dan konsep-konsep ilmiah yang dapat disampaikan ke dalam bentuk karya tulis
ilmiah, misalkan, laporan penelitian (studi), makalah, skripsi, tesis, dan
disertasi adalah bersifat formal. Oleh karena itu, ragam bahasa yang digunakan
dalam karya tulis ilmiah adalah ragam bahasa baku (standar).
Bahasa
dalam percakapan sehari-hari (colloquial) serta percakapan lisan tidak tepat
apabila digunakan untuk menyampaikan informasi dan konsep-konsep yang berkadar
ilmiah. Demikian pula bahasa ragam sastra (puisi, prosa, dan drama) disusun
sedemikian rupa, sehingga dapat menimbulkan berbagai efek emosional,
imajinatif, estetik, dan artistic, yang dapat membangkitkan rasa haru baik bagi
penulis maupun pembacanya. Bahasa keilmuan yang bersifat ilmiah tidak
mempertimbangkan efek-efek perasaan yang timbul, seperti yang dipertimbangkan
dalam bahasa ragam sastra (Oka, 1971: 14).
Di dalam
Sifat bahasa ragam ilmiah yang khusus/spesifik tampak pada pemilihan dan
pemakaian kata serta bentuk-bentuk gramatika terutama dalam tataran sintaksis.
Kata-kata yang digunakan dalam bahasa ilmiah bersifat denotative. Artinya,
setiap kata hanya mempunyai satu makna yang paling sesuai dengan konsep
keilmuan tersebut atau fakta yang disampaikan. Demikian pula kalimat-kalimat
yang digunakan dalam bahasa ragam ilmiah bersifat logis. Hubungan antara
bagian-bagian kalimat dalam kalimat tunggal atau hubungan antara klausa-klausa
dalam kalimat majemuk (kompleks) mengikuti pola-pola bentuk hubungan logis.
Gagasan ilmiah itu akan dapat dipahami orang lain (pembaca) dengan mudah
dan tepat bila gagasan ilmiah tersebut diungkapkan dengan menggunakan bahasa
Indonesia (BI) yang memenuhi syarat tertentu. BI yang dimaksud adalah BI yang
lazim digunakan dalam dunia keilmuan atau disebut juga BI keilmuan. Mengingat
komunikasi keilmuan yang utama dilakukan secara tertulis, pembahasan perihal BI
keilmuan di sini hanya difokuskan pada penggunaan BI keilmuan tertulis. Bahkan
BI keilmuan tertulis pun masih dibatasi lagi pada ranah penulisan artikel
ilmiah untuk jurnal/berkala ilmiah.
Karakteristik atau ciri BI keilmuan merujuk pada ciri-ciri ideal yang
seharusnya melekat atau dapat ditemui pada naskah-naskah tulisan ilmiah.
Karakteristik BI keilmuan disebut juga sebagai ciri-ciri ideal karena ciri-ciri
itu dalam kenyataannya belum sepenuhnya terwujud dalam naskah tulisan ilmiah.
Bila disoroti dari ciri-ciri BI keilmuan, selalu dapat ditemukan adanya
kekurangan-kekurangan dalam setiap naskah artikel yang akan diterbitkan.
Bahkan, sekalipun telah melalui tahap penyuntingan, dalam kenyataannya artikel dalam
jurnal itu juga masih mengandung kesalahan atau kekurangan. Atas dasar realitas
itu, yang terjadi saat ini adalah penulis sedang atau telah berusaha untuk
memenuhi atau mewujudkan ciri-ciri BI keilmuan dalam proses menghasilkan
tulisan ilmiahnya. Usaha itu perlu terus dilakukan secara sungguh-sungguh agar
pada suatu saat nanti tulisan ilmiah yang dihasilkan para cendekiawan Indonesia
mempunyai kualitas tinggi dan terus meningkat.
Setidaknya ada sepuluh ciri ideal BI keilmuan, yakni (1) bertolak dari gagasan,
(2) menggunakan ragam tulis, (3) menggunakan ragam formal, (4) bersifat tegas
dan objektif, (5) bersifat lugas, (6) menggunakan kalimat lengkap, (7) hemat
dalam penggunaan kata dan kalimat, (8) menggunakan paragraf yang baik, (9)
konsisten dalam penggunaan kaidah dan unsur-unsur bahasa, dan (10) terhindar
dari kesalahaan ejaan dan tanda baca. Kesepuluh ciri ideal itu seharusnya
menjadi pegangan setiap penulis dan sedapat mungkin mereka berusaha
mewujudkannya dalam setiap penulisan karya ilmiah terutama yang berupa artikel
untuk jurnal/berkala.
Pentingnya bahasa:
- sebagai alat komunikasi
- bahasa menunjukkan budaya
- bahasa menunjukkan keindahan
Kedudukan bahasa
dapat dilihat pada
- Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia (Ikrar Sumpah Pemuda 1928)
- …bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Undang-Undang Dasar 1945)
Ragam bahasa
Indonesia terdiri dari
- daerah: logat, dialek (Jawa, Batak, Sunda, Bali, dll.)
- pendidikan formal > ragam baku:
- formal
- semiformal
- nonformal
Contoh ragam berpendidikan
dibanding dengan kurang berpendidikan
à film > pilem
à fitnah > pitnah
à kompleks > komplek
- sikap penutur > langgam/gaya:
- dipengaruhi oleh umur, kedudukan, keakraban, permasalahan, tujuan
- suasana kaku, adab, dingin, hambar, hangat, akrab, santai
- sarana
- ragam lisan/ujaran
- ragam tulisan
Sejarah rgam
baku berasal dari Bahasa Melayu tinggi awalnya banyak digunakan sebagai bahasa
sekolah. Penggunaan bahasa Melayu tinggi menunjukkan gengsi dan kewibawaan.
Bahasa ini sering dipakai oleh kaum berpendidikan yang kemudian menjadi pemuka
berbagai bidang kehidupan.Dengan pengaruh di berbagai bidang kehidupan oleh
kaum berpendidikan, bahasa Melayu tinggi akhirnya menjadi bahasa baku.
Proses
pembakuan dilakukan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan dibantu
oleh guru, pengembang ilmu di berbagai jenis lembaga pendidikan, pengasuh media
massa, dan kalangan pembina umum. Hal ini dilakukan dalam jangka waktu yang
lama.
Sejarah
ejaan Bahasa Indonesia:
- Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947)
- Ejaan Republik/ Soewandi (1947-1972)
- Ejaan Yang Disempurnakan (mulai 16-8-1972
Sejarah
Kamus Bahasa Indonesia:
- Kamus Umum BI (Poerwadarminta, 1952,1982)
- Kamus Besar BI (PPPB, 1988,1991)
- berturut-turut mengalami perkembangan melalui Kongres Bahasa Indonesia hingga sekarang
Fungsi
pembakuan:
1. pemersatu
2. pemberi kekhasan
3. pembawa kewibawaan
4. sebagai kerangka acuan
Fungsi
pembakuan butir 1 hingga 3 merupakan fungsi simbolik. Sedangkan fungsi
pembakuan butir 4 merupakan fungsi objektif.
Buku yang
banyak memberikan pengaruh pandangan kebahasaan dikarang oleh
- Van Ophuijsen (1901)
- S.M. Zain (1942)
- Madong Loebis (1946)
- S.T. Alijahbana (1949)
- C.A. Mess (1951)
- Fokker (1951)
- Podjawijatna dan Zoetmulder (1955)
- Slametmuljana (1956, 1957)
- Gorys Keraf (1970)
- Poerwadarminta (1967)
- Samsuri (1971, 1978)
- M. Ramlan (1971,1980,1981)
Penggunaan
bahasa Indonesia harus baik dan benar.
1. bahasa benar > mengikuti kaidah yang
dibakukan
Contoh:
Apakah Bang Becak bersedia mengantar
saya ke Pasar Besar dan berapa ongkosnya?
2. bahasa baik > mengikuti pemanfaatan ragam
yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa
Contoh:
Ke Pasar Besar, berapa?
Bahasa
indonesia yang baik dan benar mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi
persyaratan kebaikan dan kebenaran.
Refrensi :
http://suyonoum08.wordpress.com/2009/02/04/ciri-ciri-bahasa-indonesia-keilmuan-dan-kiat-mewujudkannya-dalam-penulisan-artikel-ilmiah/
http://tugassekolahkit.blogspot.com/2013/09/ragam-bahasa-beserta-contohnya.html